Rabu, 10 November 2010

Mari Kita Semua Bergandengan, Kita Bersaudara, SATU INDONESIA!

Saya sebagai salah satu warga Malang yang juga cinta akan Arema Indonesia, ingin sekali bisa melihat sebuah perdamaian antara kaum supporter sepakbola di Indonesia. Mari kita mulai dari hal-hal kecil, jangan berbuat anarkis dan juga SARA. Alangkah indahnya ketika Aremania bersatu dengan The Jakmania di stadion Gelora Bung Karno Jakarta 30 mei lalu. Suppoter kedua belah pihak saling bersatu, tanpa ada sekat. Biru dan Orange pun bergabung, saling bernyanyi untuk mendukung. Dengan hasil yang fantastis, meskipun persija kalah, The Jakmania tetap rukun, tidak berbuat anarkis sedikitpun.

  Mari kita dukung agar sepakbola kita semakin maju, mari kita rubah paradigma bahwa supporter sepakbola di Indonesia hanya bisa bikin rusuh, kita buat para wanita, ibu-ibu, bahkan anak-anak mau datang ke stadion untuk melihat sebuah pertandingan sepakbola.

Buat para Aremania, mari kita semua tidak lagi keluar kata-kata kasar terhadap tetangga kita. Semua sama, apalagi nama kita bukan Arema Malang, melainkan Arema Indonesia.

 Indahnya kebersamaan, saling memperlihatkan rasa persaudaraan itu yang kita semua harapkan.

Salam Satu Jiwa Arema Indonesia

Kamis, 04 November 2010

Logo PSSI Bukan Garuda

Seragam tim nasional sepak bola Indonesia yang memakai gambar burung garuda yang dipasangkan di dada kiri. Padahal gambar burung garuda adalah simbol Negara Kesatuan Replubik Indonesia, bukan simbol PSSI sebagai organisasi sepak bola nasional. Mungkin awal sejarahnya menggunakan logo burung garuda di dada untuk menumbuhkan semangta patriotik para pemain tim nasional. Namun, sebaiknya penggunaan ini direvisi. Negara lain tak menggunakan lambang negara, melainkan logo federasi sepak bola nasional mereka.

   Menurut saya, pemakaian gambar burung garuda di dada kiri timnas kurang tepat. Perhatikan tim nasional Uruguay, yang melakukan pertandingan persahabatan dengan tim nasional Indonesia di SUGBK pada 8 Oktober lalu. Mereka menggunakan logo AUF atau asosiasi Sepak Bola Uruguay di dada kiri mereka. Seragam timnas Italia juga menggunakan logo FIGC. Juga timnas Prancis dengan logo FFF, Belanda dengan logo KNVB, atau Jepang dengan logo JFA. Juara dunia 2010, Spanyol, juga melakukan hal yang sama.

  Jadi, dalam setiap kompetisi sepak bola antarnegara yang diikuti, tim nasional semestinya memakai logo PSSI, bukan burung garuda. Mungkin maksud burung garuda itu sebagai manifestasi bahwa timnas mewakili negara, tapi bukankah sebaiknya kita menggunakan logo PSSI dan biarkanlah seragam tim nasional saja yang disesuaikan dengan warna bendera negara.

Semoga hal ini bisa dipertimbangkan. Salam Satu Jiwa Arema INDONESIA

Rabu, 03 November 2010

Tidak Perlu Naturalisasi

Salam Satu Jiwa. Saya cukup bangga menyaksikan pertandingan tim nasional Indonesia menjamu Uruguay hingga menit ke-32 babak pertama pada awal oktober silam di SUGBK, Jakarta. Namun, Bambang Pamungkas dkk, menjadi sansak empuk tim peringkat ketiga Piala Dunia Afrika Selatan 2010 tersebut setelah itu. Melihat hasil-hasil yang selalu memalukan dari tim nasional, maka saya menyarankan agar menghadapi berbagai event mendatang, terutama berusaha untuk lolos ke Piala Asia, pelatih harus menggunakan punggawa-punggawa muda yang bisa memberika angin segar kepada persepakbolaan nasional.

   Bagi saya, beberapa pemain senior yang menghuni tim nasional sudah saatnya diganti karena secara fisik sudah tidak bisa lagi diandalkan. Memang masih ada beberapa yang menunjukan kemampuannya, tapi secara keseluruhan lebih baik berikan kesempatan kepada para pemain muda untuk mengisi posisi di tim nasional. Selain itu, kiranya perlu agar PSSI merevisi niat penggunaan pemain naturalisasi. Bukankah kebijakan ini akan semakin melemahkan kemampuan perkembangan sepak bola nasional dan memudarkan kesempatan para pesepak bola muda lokal untuk berkembang.

  Sudah saatnya Nurdin Halid dan Nugraha Besoes memberikan kemampuan terbaiknya dengan mengubah PSSI menjadi lebih baik. Pasalnya, selama ini bukanlah prestasi yang menonjol, melainkan kasus-kasus yang sangat merusak perkembangan sepak bola nasional.

Selasa, 02 November 2010

Bangga Mana, Arema Indonesia atau Arema Malang?

Musim Kompetisi ISL 2010-2011 ini, tim Arema telah punya nama baru: Arema Indonesia. Sepintas nama ini ada kesan keren atau gagah jika disebut. Ada embel-embel Indonesia di belakang nama sebuah tim lokal dari Malang.

  Setahu saya, hanya tim Arema yang memiliki embel-embel nama negara dalam nama resmi sebuah tim sepak bola. Bahkan tim besar di negara Eropa pun, belum pernah mengetahui ada tim dengan nama resmi yang mencantumkan nama negara di belakangnya. Tim sebesar Manchester United misalnya, ia lebih bangga dengan menyebut nama kota di mana tim berjuluk The Red Devils ini lahir: Manchester. Karena nama kota sebagai sebuah identitas lokal yang menjadi kebanggan suporternya. Tak ada embel-embel nama Inggris atau England. Begitu pula dengan Real Madrid. Tim tajir asal spanyol ini merasa lebih prestise hanya dengan menyebut kota Madrid.      

 Perubahan nama Arema Malang menjadi Arema Indonesia sekilas tak ada yang istimewa. Terkesan biasa-biasa saja. Karena apalah arti sebuah nama, demikian kira-kira jika meminjam ungkapan pujangga Inggris William Shakespeare yang kesohor itu. Namun kalau dirunut dari sejarah berdirinya tim berlogo kepala singa ini, betapa perubahan nama ini telah mencabut akar sejarah Arema itu sendiri. Karena fondasi dasar dibentuknya Arema ini untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Malang. Para founding father ingin dengan adanya tim Arema Malang, nama kota kecil ini menjadi lebih dikenal di seluruh nusantara, bahkan sampai manca negara.

    Arema didirikan oleh Acub Zainal di Malang tahun 1987, sekaligus sebagai penyeimbang dominasi Surabaya yang jauh lebih dikenal daripada Malang. Di tahun itu dan sebelumnya, nyaris tak ada yang dibanggakan dari arek malang ketika sudah keluar kota. Karena ketika menyebut berasal dari Malang tak banyak yang mengenal. Mereka lebih mengenal Surabaya.

Kini, arek Malang sudah bisa bangga ketika menyebut berasal dari Malang. Nama malang sudah tak asing lagi di negeri ini. Tak ada lagi yang bertanya, "Malang itu sebelah mananya Surabaya?". Semua itu salah satunya karena ada Arema Malang. Ada identitas lokal yang bisa dibanggakan. Namun, masihkah arek Malang memiliki kebanggaan itu ketika nama Arema Malang sudah diganti menjadi Arema Indonesia?.